Tani Pedia - Tanaman Padi
Hallo Mahasiswa PP🌾
Apa kabar kalian semua? Semoga tetap sehat dan bahagia. Hari ini Tani Pedia datang memberikan ilmu mengenai pertanian. Kalian sebagai mahasiswa produksi pertanian pasti lumrah dengan tanaman padi (oryza sativa) yang merupakan tanaman budidaya (pangan) terpenting dalam peradaban.
Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM.
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae. Terna semusim, berakar serabut, batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset,warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang, bagian bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula, tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuknya hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan padi yang biasa dikonsumsi yaitu jenis enduspermium.
Padi diklasifikasikan sebagai kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Liliopsida, ordo (tribe) Oryzae, famili Graminae (Poaceae). Genus Oryza. Genus Oryza memiliki 20 spesies, tetapi yang dibudidayakan adalah Oryza sativa L di Asia, dan Oryza glaberrima Steud di Afrika. Padi termasuk pada genus Oryza yang meliputi lebih kurang 25 spesies. Sekarang terdapat dua spesies tanaman padi yang dibudidayakan yaitu Oryza sativa L dan Oryza glaberrima Steud.
Oryza sativa berkembang menjadi tiga ras sesuai dengan eko geografisnya yaitu Indica, Japonica, dan Javanica (Norsalis, 2011).
Spesies Oryza sativa L dibagi atas 2 golongan yaitu utillisima (beras biasa) dan glukotin (ketan). Golongan utillisima dibagi 2 yaitu communis dan minuta. Golongan yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan communis yang terbagi menjadi sub golongan yaitu indica (padi bulu) dan sinica (padi cere/japonica). Perbedaan mendasar antara padi bulu dan cere mudah terlihat dari ada tidaknya ekor pada gabahnya. Padi cere tidak memiliki ekor sedangkan padi bulu memiliki ekor (Santoso, 2011). Pertumbuhan padi terdiri atas 3 fase, yaitu fase vegetatif, reproduktif dan pemasakan. Fase vegetatif dimulai dari saat berkecambah sampai dengan primodial malai, fase reproduktif terjadi saat tanaman berbunga dan fase pemasakan dimulai dari pembentukan biji sampai panen yang terdiri atas 4 stadia yaitu stadia masak susu, stadia masak kuning, stadia masak penuh dan stadia masak mati (Zaki, 2015)
1. Syarat Tumbuh
a. Iklim
Iklim adalah abstraksi dari cuaca, yaitu gabungan pengaruh curah hujan, sinar matahari, kelembaban nisbi dan suhu serta kecepatan angin terhadap pertanaman (tumbuhan). Air yang dikandung dalam bentuk air kapiler, air terikat atau lapis air tanah, kesemunya berasal dari air hujan, curah hujan yang sesuai untuk tanaman padi yaitu 1500-2000 mm/tahun. Sinar matahari merupakan sumber energi yang memungkinkan berlangsungnya fotosintesis pada daun, kemudian melalui respirasi energi tersebut dilepas kembali. Penyinaran matahari harus penuh sepanjang hari tanpa ada naungan. Kelembaban nisbih mencerminkan defisit uap air di udara.
Suhu berpengaruh terhadap proses fotosintesis, respirasi dan agitasi molekul-molekul air di sekitar stomata daun. Suhu harian rata-rata 25-29 derajat celcius. Sehingga dapat dikatakan bahwa yang mempengaruhi transpirasi adalah kelembaban nisbi dan suhu, sedangkan yang mempengaruhi laju transpirasi adalah kecepatan angin (Sariono,2013 ).
b. Tanah
Tekstur yang sesuai untuk pertanaman padi belum dapat ditentukan secara pasti.
Pertanaman padi tidak dijumpai di lahan berkerikil lebih dari 35% volume. Pada tanah berpasir, berlempung kasar, dan berdebu kasar sampai kedalaman 50 cm, jarang dijumpai pertanaman padi kecuali bila lapisan bawah bertekstur halus sehingga dapat menahan kehilangan air oleh perkolasi ,Ketinggian tempat 0-1500 mdpl. Kelas drainase dari jelek sampai sedang. Tekstur tanah lempung liat berdebu, lempung berdebu, lempung liat berpasir. Kedalaman akar >50 cm. KTK lebih dari sedang dan pH berkisar antara 5,5-7. Kandungan N total lebih dari sedang, P sangat tinggi, K lebih dari sedang, dan kemiringan 0-3% ( Ismunadji dkk, 1988)
c. Jarak Tanam
Metode tegel merupakan metode yang banyak dilakukan atau di terapkan oleh petani-petani tradisional di Indonesia. Pola jarak konvensional dilakukan oleh petani padi dengan jarak tanam tunggal atau bujur sangka. Secara umum Secara umum,jarak tanam yang dipakai adalah 20 x 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64, seperti varietas Ciherang cukup dengan jarak 20 cm, untuk varietas padi yang punya penampilan lebih lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya antara 22,5 - 25 cm, metode tege juga di pilih para petani di indonesia karena mudah dalam penenaman dan perawatan dan juga populasi yang tergolong banyak karena memanfaatkan seluruh lahan sebagai media tanam, bedah halnya dengan legowo danipat bo yang memberikan lorong lorong kosong sebagai penunjang pertumbuhan tanaman padi (Riza,2010).
Sistem tanam jajar legowo merupakan sistem tanam yang memperhatikan larikan tanaman, sistem tanam jajar legowo merupakan tanam berselang seling antara 2 atau lebih baris tanaman padi dan satu baris kosong. Keuntungan dari sistem tanam jajar legowo adalah menjadikan semua tanaman atau lebih banyak tanaman menjadi tanaman pinggir. Tanaman pinggir akan memperoleh sinar matahari yang lebih banyak dan sirkulasi udara yang lebih baik, unsur hara yang lebih merata, serta mempermudah pemeliharaan tanaman (Mujisihono et al., 2001). (Misran, 2014)
2. Pembibitan Padi
Pembibitan merupakan proses awal memulai kegiatan dalam berbudidaya tanaman padi. Proses pembibitan sendiri terdiri dari beberapa tahap seperti membuat bedengan, pengairan, serta penyemaian benih. Tahap persemaian benih merupakan tahap yang menentukan untuk kelangsungan hidup tanaman padi karena pada masa inilah terjadi masa-masa kritis dalam bercocok tanam. Umur bibit adalah salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kemampuan pertumbuhan bibit setelah dipindahkan ke lapangan (Ardiansyah, 2015).
Anakan Padi Anakan pada tanaman padi tumbuh setelah kemunculan daun kelima, tanaman akan membentuk anakan bersamaan dengan berkembangnya tunas baru. Anakan muncul dari tunas aksial (axullary) pada buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan berkembang. Bibit ini menunjukkan posisi dari dua anakan pertama yang mengapit batang utama dan daunnya. Setelah tumbuh (emerging), anakan pertama memunculkan anakan sekunder, demikian seterusnya hingga anakan maksimal (Anonim, 2011).
3. Varietas Padi
Varietas padi merupakan salah satu komponen teknologi utama yang mampu meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani. Dengan tersedianya varietas padi yang telah dilepas pemerintah, kini petani dapat memilih varietas padi yang sesuai dengan teknik budidaya dan kondisi lingkungan setempat,Penggunaan varietas unggul pada suatu daerah juga sangat menentukan faktor keberhasilan peningkatan produksi padi. Jenis varietas unggul kadang-kadang tidak cocok ditanam pada suatu daerah, diantaranya rendah produksi dari suatu varietas tersebut disebabkan faktor lingkungan yang tidak cocok dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, contohnya : suhu, struktur tanah, jenis 9 tanah, pH tanah. Varietas unggul mempunyai daya adaptasi yang berbeda dengan pola tanam yang diberikan, karena itu perlu dilakukan pengujian terhadap varietas-varietas unggul dengan pola tanam metode Hazton, karena dari aspek lingkungan apakah jenis varietas tersebut bisa tumbuh dan berkembang dengan baik serta menghasilkan produksi secara optimal di tempat dilakukan pengujian (Lestari, 2012).
Berikut ini merupakan beberapa ciri dari benih varietas unggul adalah:
• Tahan terhadap serangan hama dan penyakit
• Toleran terhadap kondisi lingkungan
• Dapat mengasilkan panen yang berlimpah
• Saat direndam dengan larutan ZA 20 gr, benih tenggelam alias tidak mengapung.
4. Persiapan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan di bajak 2 kali dengan hand traktor setelah itu lahan kembali di bajak untuk menghaluskan utuk menghaluskan tekstur tanah. Petak IPAT BO dengan ukuran 2 x 2 m dengan cara di bedeng dengan tinggi 20 cm, untuk legowo dan tegel ukuran petaknya sama tetapi tidak di tinggikan.
5. Persemaian Benih
Benih padi yang sudah siap dapat segera kita semai, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Buatlah bedengan dengan ukuran lebar 1 – 2 m. Luas persemaian untuk lahan 1 hektar adalah sekitar 400 m atau 4% dari luas lahan.
b) Tambahkan 2 kg bahan organik semisal kompos, pupuk kandang, sekam, atau abu. Jika Anda berminat untuk mengolah kompos dari bahan sisa pertanian, silahkan pelajaricara membuat pupuk kompos dari jerami padi.
c) Benih yang hendak disemai haruslah direndam dahulu sekitar 2 x 24 jam
d) Persemaian dilakukan selama 25 hari sebelum masa tanam, usahakan tempat menyemai benih padi berdekatan dengan lokasi tanam agar pemindahan benih tersebut dilakukan dengan cepat dan benih tetap segar.
e) Benih yang disemai tidak harus terbenam seluruhnya, karena justru akan menyebabkan kecambah terinfeksi patogen dan akhirnya membusuk.
6. Penanaman
Umur 14 hari bibit di pindahkan ke lahan yang telah di siapkan dengan menanam 2 bibit / lobang, untuk IPAT BO dengan jarak tanam 25 x 25 cm, Legowo 25 x 25 cm dengan mengosongkan satu baris, dan tegel 25 x 25 cm
7. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiangan
Pembersihan lahan dari ganguan-ganguan pertumbuhan tanaman di lahan penanaman.
b. Penyisipan
Apabila ada tanaman yang tidak normal sampai batas waktu umur 2 MSPT, di gantikan dengan tanaman yang telah di sediakan.
c. Pengairan
Pengairan diberikan sesuai kebutuhan. Seperti pada tanaman lainnya, pastikan tidak ada kekurangan atau kelebihan air.
d. Pemupukan
Dilakukan pertama kali setelah tanaman padi berusia satu minggu. Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk urea dengan dosis 100 kg per hektar dan pupuk TPS dengan dosis 50 kg per hektar. Pemupukan selanjutnya dilakukan setelah 25 hari hingga 30 hari setelah penanaman. Diberikan kembali pupuk urea dengan dosis 50 kg per hektar dan pupuk Phonska dengan dosis 100 kg per hektar.
e. Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Hama yang menyerang di lokasi penelitian adalah hama walang sangit dan kepik dimana hama menyebabkan koponganya gabah padi hama ini mengisap gabah padi yang masih muda berumus sekitar 90-100 hari. Pengendalian yang dilakukan menyemprotkan pestisida yang disemprokan merata ke seluruh plot-plot tanaman.
8. Panen dan Pasca Panen
Penanganan panen dan pasca panen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu; penentuan saat panen, pemanenan, penumpukan sementara di lahan sawah, pengumpulan padi di tempat perontokan, penundaan perontokan, perontokan, pengangkutan gabah ke rumah petani, pengeringan gabah, pengemasan dan penyimpanan gabah, penggilingan, pengemasan dan penyimpanan beras.
a. Penentuan Saat Panen
Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pasca panen padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen dapat dilakukan berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis.
b. Umur panen padi
Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• 90 -95 % gabah tampak sudah menguning
• Malai berumur 30 – 35 hari setelah bunga merata
• Kadar air gabah 22 – 26 % yang diukur dengan mouisture tester
c. Alat dan mesin pemanen padi
Pemanenan padi harus menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan dan ekonomi. Alat dan mesin pemanen padi telah berrkembang dari ani – ani menjadi sabit bergerigi biassa kemudian sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam,dan yang terakhir yang telah diproduksi adalah Reaper, striper, dan combine harvester.
d. Perontokan
Ketidaktepatan dalam melakukan perontokan bisa mengakoibatkan kehilangan hasil sampai 5 % lebih, cara perontokan padi telah mengalami perkembngan dengan cara digebot ataupun diinjak dan dipukul –pukul telah beralih dengan menggunakan mesin perontok.
e. Pengeringan
Pengeringan merupakan penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk diolah dan digiling atau aman untuk disimpan dalamwaktu yang lama. Kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam dalam melakukan proses pengeringan dapat mencapai 2 – 13 %, saat sekarang cara pengeringan sudah berkembang dari cara penjemuran menjadi pengering buatan.
f. Penggilingan
Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras. Proses penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan penyimpanan.
g. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah atau beras agar dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu . akibat yang ditimbulkan kalau salah dalam melakukan penyimpanan gabah atau beras antara lain: tunbuhnya jamur, serangan serangga, kutu beras yang dapat menurunkan kualitas gabah atau beras.cara penyimpanan gabah atau beras bisa dengan sistem curah dan juga dengan sistem kemasan atau wadah seperti kaerung plastik, karung goni dan sebagainya.
Sekian, terima kasih
--------------------------------------------------
Stay safe and healty✨
Tetap jaga Iman dan Imun❤
--------------------------------------------------
Back to Nature Produksi Pertanian!
Jaya! Jaya! Jaya!
.
Follow our other media social
💻Facebook : HMJ PP
📨 Email. : hmj.pp@polije.ac.id
🌐 Website : https://hmjpolije.blogspot.com/
🔔YouTube. : HMJ PRODUKSI PERTANIAN
🏢Basecamp : Belakang Gedung
.
.
#KabinetAkusara
#backtonatureproduksipertanian
#HMJPP
#StayHumbleWithUs
DAFTAR PUSTAKA
https://bawuran-bantul.desa.id/first/artikel/143-Langkah-Langkah-Cara-Menanam-Padi
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/79243/PENANGANAN-PANEN-DAN- PASCA-PANEN-PADI/
https://id.wikipedia.org/wiki/Padi
https://pertanian.jatimprov.go.id/klinik-tani/cara-menanam-padi-yang-baik-dan-benar/
Ismunadji. M, Partohardjono. S, Syam. M, dan Widjono. A, 1988. Padi Buku 1.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Lestari. A, 2012. Uji Daya Hasil Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L) Dengan Metode legowo. Jurnal Budidaya Tanaman Pangan. Solok. Pdf.
Misran. I. A, 2014. Kajian Potensi Bionutrien caf Dengan Penambahan Ion Logam Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Padi. Universitas Pendidikan Indonesia. Pdf.
Norsalis. E, 2011. Padi Gogo dan Sawah. 29-10-2011 03:33:43. Pdf. Riza, 2010. Keunggulan dan Kelemahan Sistem Tanam Padi Tehnik tegel.
https://kabartani.com/keunggulan-dan-kelemahan-sistem-tanam-padi-tehnik-tegel.
Zaki,2017, Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi, Surabaya 2015,Pdf