TEBU (SACCHARUM OFFICINARUM LINN)
Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman jenis rumput-rumputan (Gramineae) ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera. Bentuk fisik tanaman tebu dicirikan oleh terdapatnya bulu-bulu dan duri sekitar pelepah dan helai daun. Banyaknya bulu dan duri beragam tergantung varietas.Tinggi tanaman bervariasi tergantung daya dukung lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter dengan diameter batang antara 2-4 cm. Tebu merupakan tumbuhan monokotil, batang tanaman tebu memiliki memiliki anakan tunas dari pangkal batang yang membentuk rumpun. Tanaman ini dapat tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika, pada berbagai jenis tanah dari dataran rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas permukaan laut (dpl). Kualitas tebu dipengaruhi oleh iklim. Walaupun tanaman yang sama namun iklim yang berbeda, maka kualitasnyapunberbeda.
Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panas dan sedang (daerah tropik dan subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat luas yaitu antara 35º LS dan 39º LU. Unsur – unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah tanah, curah hujan, sinar matahari, angin dan suhu. Syarat tumbuh tanaman tebu Menurut Rukmana (2015) adalah sebagai berikut :
1) Tanah
a. Sifat Fisik Tanah Struktur tanah yang baik untuk tanaman tebu adalah gembur, sehingga aerasi udara dan perakaran berkembang secara sempurna. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemecahan bongkahan tanah atau agregat tanah sehingga menjadi partikel-partikel kecil agar akar mudah menembus tanah. Tekstur tanah yang baik untuk tanaman tebu adalah dengan tekstur yang ringan sampai agak berat kemampuan menahan air dan porositas 30%.
b. Sifat Kimia Tanah Tanaman tebu mampu tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 6- 7,5. Tetapi masih toleran dengan tanah yang memiliki pH tidak lebih dari 8,5 dan tidak lebih rendah dari tanah yang memiliki pH 4,5.
2) Iklim
a. Curah Hujan Tanaman tebu mengkendaki adanya perbedaan yang nyata antara musim kemarau dengan musim hujan untuk proses pertumbuhan dan proses pemasakan batang tebu. Tanaman tebu akan tumbuh baik pada daerah yang memiliki curah hujan antara 1000-1300 mm/tahun. Penyebaran hujan sesuai dengan fase vegetatif dan fase generatif atau pertumbuhan dan pemasakan tanaman tebu. Curah hujan yang ideal untuk pertanaman tebu adalah pada fase vegetatif memerlukan curah hujan yang tinggi (200 mm/bulan) selama 5-6 bulan berturut-turut, 125 mm/bulan pada bulan transasi dan kurang 75 mm/bulan selama 4-5 bulan untuk fase generatif tanaman tebu batang tanaman tebu.
b. Suhu Pengaruh suhu pada pertumbuhan dan pembentukan sukrosa pada tebu cukup tinggi. Suhu ideal bagi tanaman tebu berkisar antara 24ºC–34ºC dengan perbedaan suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 10ºC. Pembentukan sukrosa terjadi pada siang hari dan akan berjalan lebih optimal pada suhu 30ºC. Sukrosa yang terbentuk akan disimpan pada batang dimulai dari ruas paling bawah. Proses penyimpanan ini paling efektif dan optimal pada suhu 15ºC.
c. Sinar Matahari Sinar matahari sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan tebu, terutama dalam proses fotosintesis yang selanjutnya akan mengatur pertumbuhan tunas dan pemanjangan batang serta sinar matahari juga membantu fase pemasakan tanaman tebu. Apabila cuaca berawan dan sinar matahari berkurang akan mengurangi pertumbuhan anakan pada setiap rumpunan hal ini dikarenkan proses fotosintesis terhambat. Tanaman tebu sangat membutuhkan kondisi yang cukup akan sinar matahari. Tanaman tebu sangat sesuai pada daerah yang mendapatkan sinar matahari > 1800 jam/tahun. Tanaman tebu akan tumbuh dengan subur dib awah cahaya matahari 12-14 jam setiap hari minimal 7-9 jam/hari.
d. Angin Kecepatan angin sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tebu. Angin yang kecepatannya tinggi pada siang hari melebihi 10 km/jam akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman tebu seperti tanaman tebu akan roboh dan patah. Hal ini menyebabkan turunnya rendemen tebu yang dimana akan menyebabkan pertumbuhan anakan di ruas ruas batang yang disebabkan kerobohan pada fase generatif. Angin kering diikuti suhu yang tinggi dapat meningkatkan penguapan air. Sedangkan kecepatan angin yang sedang atau kecepatan angin yang cukup dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam akan mengatur keseimbangan kelembaban udara dan kadar CO2 disekitar tanaman tebu yang mempengaruhi proses fotosintesis.
e. Kelembaban Udara Pertumbuhan tanaman tebu tidak banyak dipengaruhi oleh kelembaban udaya, asalkan kelembaban atau ketersediaan air didalam tanah masih tercukupi. Tanaman tebu dapat tumbuh dan beradaptasi pada daerah yang memiliki kelembaban dengan rH 40-60% dan masih dapat tumbuh dengan baik pada kelembaban rH 70%. Tanaman tebu memerlukan kelembaban ideal mencapai kurang lebih 70%.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, luas perkebunan tebu di Indonesia mencapai 488.900 hektare (ha) pada 2022. Luas tersebut meningkat 8,88% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar449.008ha.
Sumber : https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/tebu-saccharum-officinarum-linn-12